Biarkan Purnama itu Tetap di Situ...

Seorang sahabat kehilangan isteri tercinta akibat amukan barah usus yang menyerang secara hendap... Mereka dikejutkan... lewat tersedar... lalu terkorban... tanpa sempat menentang. Sewaktu aku menziarahinya, aku kagum dengan ketenangan yang terpamer pada wajah sahabatku itu. Namun dia sempat berbisik ke telinga saat aku mendakapnya... "Mad... Hanya Allah Yang Tahu..". Kata-kata itu menusuk jauh ke jantungku..! 

Bagaimana andainya itu berlaku pada diriku ? Mana mungkin aku termampu memikul dugaan sebesar itu.. Mana mungkin..  Kekuatanku ada pada genggaman tangan isteriku. Kiranya dia pergi, tentulah ia dibawa bersamanya. Aku tidak sanggup menjadi pohon yang layu... Rentan dan tidak berguna.. Sungguh !.

Aku sering mengibaratkan isteriku sebagai sepasang tangan pada tubuhku...

Tangan itulah yang mengesat air mataku... menyapukan peluh lewat lelahku... memilih dan memaut pada dahan terkukuh buatku... menunjukkan aku jalan bila mana aku tersesat... menyucikan kotoran yang melekat di tubuhku... juga membelaiku..

Namun seperti sepasang tangan yang terzahir ini...

Sesekali atas kesilapanku, jarinya tertusuk sembilu... sesekali atas sifat lalaiku, tangan itu dihinggapi debu... Namun pedihnya tetaplah pula terasa di dadaku... dan debu itu bisa membunuhku...

Ya Allah... Katakanlah bahawa isteriku tersilap dan terkhilaf... Aku memberikan keredhaan seorang suami ke atasnya. Maka, Kau ampunilah dia... Dan katakanlah bahawa isteriku adalah purnama... maka, biarkan purnama itu tetap di situ... Aku mahu dia terus menemaniku dalam gelapnya malamku...